KRITIK SASTRA GAYA BAHASA HIPERBOLA DALAM NOVEL-NOVEL KARYA BOY CANDRA

KRITIK SASTRA GAYA BAHASA HIPERBOLA DALAM NOVEL-NOVEL KARYA BOY CANDRA

(Aulia Yumna R 2015840024)

Abstrak

Penelitan ini bertujuan mendeskripsikan fungsi bahasa dan peran gaya bahasa hiperbola dalam novel. Metode penelitian ini yaitu deskriptif. Data dalam penelitian ini ungkapan yang mengandung gaya bahasa hiperbola. Sumber data penelitian ini diambil dari novel Jatuh dan Cinta dan Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candra. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik baca, dan teknik catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini mengunakan metode agih dan metode padan. Keabsahan data menggunakan teknik derajat kepercayaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ditemukan 60 data yang mengandung gaya bahasa hiperbola terdapat bentuk 23 klausa terikat, 12 klausa bebas, 12 frase verba, 5 frase preposisi, 5 frase nomina, dan 3 frase adjektiva. Fungsi sintaksisnya konstruksi S-P-O-K, S-P-O-Pel, S-P-KO, S-K-P-O, K-S-P-O, K-S-P-Pel, S-P-O, S-P-K, S-P-Pel, dan K-S-P. Konstruksi inversi P-S-O-K, P-S-Pel, P-S-K, dan P-S. Fungsi bahasanya terdapat 30 fungsi emotif, 12 fungsi puitis, 9 fungsi referensial, 7 fungsi kognitif, dan 2 fungsi fatik. Peran ungkapan hiperbola terdapat 21 ekspresi kekecewaan, 14 ekspresi harapan, 11 ekspresi nasihat, 9 ekspresi sindiran, dan 5 ekspresi kemesraan.

Kata kunci: bentuk, fungsi, hiperbola, novel, peran.

 

PENDAHULUAN

Novel menceritakan berbagai macam masalah dan sisi kehidupan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Eksistensi novel dapat ditentukan dengan penggunaan tata bahasa di dalamnya. Novel dilihat dari saluran komunikasi merupakan wacana tertulis. Wacana tulis memerlukan pemahaman yang luas, menurut Hari dan Bamford (dalam Kasim 2016:49) pemahaman sebagai proses di mana seseorang memahami arti bahasa tertulis adalah proses membangun rasa dari kata-kata, kalimat dan teks yang terhubung. Wacana menyuguhkan jenis kajian yang sangat beragam, salah satunya adalah gaya bahasa hiperbola.

Gaya bahasa yang digunakan menjadi daya tarik pembaca. Menurut The Concise Oxford Dictionary of Literry Terms (dalam Piliang 2016:175) “gaya didefinisikan sebagai cara tertentu menggunakan bahasa yang karakteristik seorang pengarang atau genre”. Gaya bahasa yang digunakan dapat memperlihatkan corak tertentu, hal tersebut termasuk ke dalam gaya bahasa berdasarkan pengarang. Jadi setiap pengarang pasti memiliki ciri khas tertentu untuk menunjukan karakter dari novelis. Menurut Douglas (dalam Altikriti 2016:130) bahasa kiasan figuratif sebagai “bentuk ekspresi yang menyimpang dengan sengaja dari mode percakapan biasa demi lebih kuat.

Menurut sitompul (2014:31) hiperbola adalah penggunaan gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan dengan tujuan memberikan penekanaan pada pernyataan tersebut sehingga dapat memperhebatkesan. Bahasa dapat dikatakan mengandung hiperbola ketika terjadi penyimpangan makna denotatifnya. Menurut Zuldianof (2015:3) denotasi adalah fungsi yang jelas dari suatu objek tanpa ada yang ditutupinya. Sehingga, gaya bahasa hiperbola terjadi karena adanya penyimpangan makna denotatifnya. Hiperbola dapat menunjukkan estimasi kritis untuk mengungkapkan sikap emosional (Yuldoshev, 2017:84).

Menurut Aminuddin (dalam Khusnin, 2012:46) gaya bahasa dalam novel merupakan perwujudan penggunaan bahasa oleh penulis untuk mengemukakan gambaran, gagasan, pendapat, dan membuahkan efek tertentu bagi pembaca. Sehubungan dengan objek kajian ungkapan yang mengandung hiperbola, judul penelitian adalah “Kritik Sastra Gaya Bahasa Hiperbola dalam Novel Karya Boy Candra”. Peneliti mendeskripsikan dan mengidentifikasi variasi struktural, variasi fungsional, fungsi bahasa dan peran gaya bahasa hiperbola yang terdapat pada novel karya Boy Candra. Menurut Wardhaugh (dalam Sapriyani, 2013:59) Variasi bahasa adalah salah satu cara ciri dalam variasi tertentu yang penutur bahasa tertentu kadang-kadang berbicara dialek berbeda bahasa resmi.

Menurut Jakobson (dalam Achmad 2013:133) terdapat enam fungsi bahasa yaitu fungsi emotif, fungsi konatif, referensial, metalingual, puitis, dan fatis. Indriani menjelaskan dalam artikelnya “Simile and Hyperbole Found In “Wide Sargasso Sea” Novel by Jean Rhyl”(2013:108) terdapat lima bentuk hiperbola, melebih-lebihkan, harapan dan bangga berlebihan, perbandingan pernyataan yang berlebihan, konotasi berlebihan dan menurunkan pernyataan berlebihan. Sehingga peneliti dapat merumuskan peran yang terdapat pada ungkapan yang mengandung hiperbola, ekspresi nasihat, ekspresi kekecewaan, ekspresi sindiran, ekspresi harapan, dan ekspresi kemesraan.

METODE

Jenis penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena yang ada, tidak melakukan pengubahan pada data yang diteliti. Data dalam penelitian ini adalah ungkapan yang mengandung gaya bahasa hiperbola. Sumber data pada penelitian ini adalah novel Jatuh dan Cinta dan Sebuah Usaha Melupakan.Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik simak dan catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis agih dan padan. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan derajat kepercayaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian pertama yang disajikan bentuk sintaksis ungkapan yang mengandung gaya bahasa hiperbola dalam novel Jatuh dan Cinta dan SebuahUsaha Melupakan. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, peneliti menemukan bentuk 4 frase nominal, 12 frase verba, 4 frase adjektiva, 5 frase preposisi, 14 klausa bebas, dan 21 klausa terikat, ungkapan yang mengandung gaya bahasa hiperbola. Data tersebut oleh peneliti dijabarkan sesuai dengan tujuan penelitian.

3.1 Bentuk Gaya Bahasa Hiperbola pada Novel Jatuh dan Cinta dan Sebuah Usaha Melupakan.

3.1.1 Frase Nomina 

Frase nomina adalah frase endosentrik yang intinya nomina atau pronomina. Frase ini dapat menggantikan kedudukan nomina sebagai pengisi salah satu fungsi sintaksis, Chaer (2012:228). Berikut hasil analisis data frase nomina diambil dari novel Jatuh dan Cinta.

(1) Perasaan curiga adalah bibit pembunuh paling bahaya dan buta. (JC) (31)

Perasaan curiga adalah bibit pembunuh paling bahaya dan buta. (31)

S                                            P

FN                                         FV

Data (1) merupakan kalimat tunggal hanya terdiri dari satu klausa. Struktur klausanya bebas dikarenakan diisi oleh konstruksi lengkap S-P. Gaya bahasa hiperbola dalam ungkapan tersebut adalah bibit pembunuh paling bahaya dan buta menduduki fungsi P unsur pengisinya FV. Frase bahaya dan buta menduduki kedudukan yang setara hubungan koordinatif.

3.1.2 Frase Verba

Frase verba adalah frase endosentrik yang intinya kata verba. Frase ini dapat menggantikan kedudukan kata verba sebagai pengisi salah satu fungsi sintaksis, Chaer (2012:228).

(1) .Jangan melayang tanpa arah tujuan seperti itu. (JC) (17)

Jangan melayangtanpa arah tujuan seperti itu. (17).

P                               Ket

FV                            FN

Data (1) merupakan kalimat tunggal yang hanya terdapat satu klausa. Klausa tersebut terikat karena diisi oleh konstruksi tidak lengkap P-Ket. Gaya bahasa yang terdapat dalam data tersebut adalah jangan melayang menduduki fungsi P. Kata jangan merupakan pengungkapan konsep ingkar. Jenis frase pada data tersebut merupakan Fendo. Unsur pengisinya FV dikarenakan predikatnya kata kerja.

3.1.3 Frase adjektiva

Frase adjektiva adalah frase endosentrik yang intinya adjektiva. Frase ini dapat menduduki pengisi salah satu fungsi sintaksis, Chaer (2012:228).

(1) Aku lelah dihantam rindu sendiri. (SUM) (88)

Akulelah dihantamrindu sendiri. (88)

  S              P                 Pel

 FN            FA              FA

Data (1) merupakan kalimat tunggal hanya terdiri dari satu klausa. Struktur klausanya bebas dikarenakan diisi oleh konstruksi lengkap S-P-Ket. Gaya bahasa hiperbola dalam ungkapan tersebut adalah lelah dihantam menduduki fungsi P unsur pengisinya FA dikarenakan unsur intinya adjektiva. Kata dihantam merupakan perluasan frase. Kata rindu sebagai komponen atasan dan kata sendirisebagai komponen bawahan.

3.1.4 Frase Preposisi

(1) Kamu membangun rumah hanya dengan ego dan ambisi. (JC) (26)

Kamu membangun rumah hanya dengan ego dan ambisi. (26)

S          P          O         Ket FN            FV       FN       FP

Data (1) merupakan kalimat tunggal hanya terdiri dari satu klausa. Struktur klausanya bebas dikarenakan diisi oleh konstruksi lengkap S-P-O-K. Gaya bahasa hiperbola dalam ungkapan tersebut adalahhanya dengan ego dan ambisi menduduki fungsi Ket unsur pengisinya FP. Jenis frase intinya ego dan ambisi mempunyai derajat yang sama dengan dihubungkan konjungsi dan. Kata hanya merupakan pengungkapan konsep pembatas.

3.1.5 Klausa terikat

Struktur klausa terikat tidak memiliki unsur lengkap, hanya S, atau P saja dan tidak memiliki potensi menjadi kalimat mayor.

(1) Kau tak akan bisa membunuh rindu dengan racun apa pun (SUM) (130)

Kautak akan bisa membunuh rindu dengan racun apa pun. (130)

S          P          O         Ket FN            FV       FN       FN

Data (1) merupakan kalimat tunggal yang hanya terdapat satu klausa. Klausa tersebut bebas karena diisi oleh konstruksi lengkap Ket-S-P-Pel. Gaya bahasa menduduki fungsi P-O unsur pengisinya FV+FN. Kata tak merupakan pengungkapan konsep ingkar dan kata akan merupakan kala.

3.1.6 Klausa bebas

Struktur klausa bebas memiliki unsur lengkap sekurang-kurangnya minimal subjek dan predikat dan memiliki potensi menjadi kalimat mayor.

(1) Teguklah rasa sedih itu sendiri tanpa berniat mencariku kembali. (JC) (19)

Teguklahrasa sedih itusendiritanpa berniat mencari (a)ku kembali. (19)

P                        S                O                            Ket

FV                   FA              FN                          FV

Data (1) merupakan kalimat tunggal hanya terdiri dari satu klausa.

Struktur klausanya bebas dikarenakan diisi oleh konstruksi lengkap inversi P-S-OKet. Gaya bahasa menduduki fungsi inversi P-S unsur pengisinya FV+FA. Kata teguklah terdapat modus interogratif partikel -lah yang menyatakan perintah.

3.2 Fungsi dan Peran Ungkapan yang Mengandung Gaya Bahasa Hiperbola pada Novel Jatuh dan Cinta dan Sebuah Usaha Melupakan

3.2.1 Fungsi Emotif

Menurut Jakobson (dalam Achmad 2013:133) fungsi emotif atau fungsi ekspresif berhubungan dengan sikap atau perasaan dan emosi.

(1) “Awalnya mendewakanseseorang, akhirnya  bisa berniat membinasakannya.” (JC) (24)

Bentuk gaya bahasa yang terdapat pada data (1) terdapat pada frase mendewakan.Kata mendewakan bermakna memuja, sedangkan membinasakan bermakna membunuh habis-habisan, KBBI Daring (2018). Fungsi bahasa dalam ungkapan yang mengandung gaya bahasa hiperbola adalah emotif mengungkapkan sikap penutur pada percintaan dengan menggunakan kata mendewakan dan membinasakan yang dapat diartikan sebagai perbandingan. Konteks data (2) diartikan perasaan yang mudah berubah, awalnya seseorang bisa memiliki perasaan sayang yang besar kepada kekasih, tetapi pada akhirnya hanya merugikan diri sendiri, hal tersebut menjelaskan peran gaya bahasa hiperbola dalam konteks sebagai ekspresi sindiran.

3.2.2 Fungsi Kognitif

Menurut Jakobson (dalam Achmad 2013:133) fungsi Konatif berkaitan dengan memberikan keterangan, mengundang, memerintah, memesan, mengancam, dan sebagainya. Bahasa yang digunakan untuk memengaruhi orang lain, emosi, tingkah laku maupun perasaan.

(1) “Jangan melayang tanpa arah tujuan seperti itu.” (17)

Bentuk gaya bahasa yang terdapat pada data (1) terdapat pada frase jangan melayang. Kata jangan bermakna melarang, sedangkan melayang bermakna tidak menentu KBBI Daring (2018). Fungsinya yaitu konatif melarang seseorang untuk melayang sebagai ungkapan jangan mudah melakukan sesuatu, kata melayang merupakan perumpamaan dengan menggunakan arti kata yang bukan sebenarnya.

Konteks data (1) menjelaskan seseorang yang sudah memutuskan hubungan tetapi masih mencoba mengulangi hubungan dengan orang yang sama, sehingga dapat dikatakan orang yang tidak memiliki pendirian, hal tersebut menjelaskan peran gaya bahasa hiperbola sebagai ekspresi nasihat.

3.2.3 Fungsi referensial

Menurut Jakobson (dalam Achmad 2013:133) fungsi referensial berkaitan dengan informasi yang disampaikan.Dalam fungsi ini, digunakan istilah disebut, mengenai, dan sebagainya yang menunjuk pada referen yang dimaksud.

(1) “Kamu yang tidak pernah benar-benar paham bagaimana isi dadaku.”

Bentuk gaya bahasa yang terdapat pada data (1) terdapat pada frase isi dadaku. Kata Isi bermakna sesuatu yang ada, sedangkan dada bermakna rongga tubuh, KBBI Daring (2018). Fungsi bahasa dalam ungkapan diatas adalah referensial membicarakan objek isi dada sebagai bentuk perasaan yang ada dalam hati. Konteks data (1) menjelaskan perkataan seseorang yang menyayangi kepada kekasihnya ketika ditinggalkan, hal tersebut menjelaskan peran gaya bahasa hiperbola sebagai ekspresi kekecewaan.

3.2.4 Fungsi puitis

Menurut Jakobson (dalam Achmad 2013:133)fungsi puitis berkaitan dengan kode dan makna secara simultan, kode kebahasaan dipilih secara khusus agar tersampaikan makna yang disampaikandapat dikatakan berkaitan dengan nilai sebuah pesan. Fungsi ini terdapat dalam karya sastra untuk menunjukkan nilai rasa yang terkandung dalam karya sastra untuk keindahan.

(1) “Jadilah lengan yang memeluk, saat aku merasa terpuruk.” (175)

Bentuk gaya bahasa yang terdapat pada data (1) terdapat pada frase jadilah lengan yang memeluk. Kata jadi bermakna menjadi, partikel -lah sebagai penegas, kata lengan bermakna anggota badan dari pergelangantangan sampai ke bahu, kata memeluk bermakna meraih seseorang ke dalam dekapan, KBBI Daring (2018). Fungsinya adalah puitis yaitu penggunaan bahasa untuk pengandaian seseorang dengan benda sebagai keindahan kata. Konteks data (1) dapat diartikan sepasang kekasih yang saling menguatkan walaupan tidak sempurna dan berharap jadi orang yang bisa menjadi tempat mencurahkan perasaan saat terpuruk, hal tersebut menjelaskan peran gaya bahasa hiperbola sebagai ekspresi kemesraan.

3.2.5 Fungsi fatik

Menurut Jakobson (dalam Achmad 2013:133) fungsi fatik berkaitan dengan menarik perhatian lawan bicara yang fokus kepada saluran. Fungsi ini digunakan untuk menngungkapkan, mempertahankan, atau mengakhiri suatu komunikasi.

(1) “Semoga waktu mampu menenangkan jiwamu, membuka hatimu kembali.” (97)

Bentuk gaya bahasa yang terdapat pada data (1) terdapat pada semoga waktu mampu menenangkan jiwamu. Kata waktu bermakna seluruh rangkaian proses, kata menenangkan bermakna menjadikan tenang, sedangkan kata jiwa bermakna seluruh kehidupan batin. Fungsi bahasa yang digunakan fatik yaitu ungkapannya dapat mempengaruhi orang lain. Konteks (1) semoga rangkaian proses yang dialami mampu meluluhkan perasaanmu,hal tersebut menjelaskan peran gaya bahasa hiperbola sebagai ekspresi harapan.

SIMPULAN

Pertama, struktur fungsional ungkapan bergaya bahasa hiperbola pada novel tersebut terdapat fungsi 21 klausa terikat, 14 klausa bebas, 12 frase verba, 5 frase preposisi, 4 frase nominal, dan 4 frase adjektiva. Struktur kategorial sintaksis ungkapan yang mengandung gaya bahasa hiperbola terdapat S-P-O-K, S-P-O-Pel, S-P-K-O, S-K-P-O, K-S-P-O, K-S-P-Pel, S-P-O, S-P-K, S-P-Pel, dan K-S-P. Konstruksi inversi P-S-O-K, P-S-Pel, P-S-K, dan P-S.Kedua, analisis fungsi gaya bahasa hiperbola dalam novel tersebut terdapat 30 fungsi emotif, 12 fungsi puitis, 9 fungsi referensial, 7 fungsi kognitif, dan 2 fungsi fatik. Fungsi paling dominan adalah emotif, digunakan oleh novelis untuk mengutarakan pesan yang dimaksudkan melebih-lebihkan pernyataan emosi dan perasaan dalam hal percintaan remaja.Ketiga, analisis peran ungkapan yang mengandung gaya bahasa hiperbola pada novel tersebut terdapat 21 ekspresi kekecewaan, 14 ekspresi harapan, 11 ekspresi nasihat, 9 ekspresi sindiran, dan 5 ekspresi kemesraan. Peran yang paling dominan adalah ekspresi kekecewaan. Hal tersebut menandakan bahwa novelis cenderung menggunakan gaya bahasa yang dilebih-lebihkan dalam perasaan kecewa konteks percintaan kepada lawan jenis.

 

DAFTAR PUSTAKA

Khusnin, Mukhamad. 2012. “Gaya Bahasa Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy dan Implementasinya Terhadap Pengajaran Sastra di SMA”. Seloka. Vol. 1. No.1.ISSN 2301-6744.

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. , 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Sitompul, Hamzah Nuzulul Fazri. 2014. “Analisis Penggunaan Majas Hiperbola Pada Iklan Komersial di Televisi”. Skripsi. Bengkulu: Universitas Bengkulu.

Wellek, Wellek dan Austin Warren. 2014. “Teori Kesusastraan”. Jakarta: Gramedia.

AR, Syamsuddin dan Visma S. Damaianti. 2011. “Metode Penelitian Pendidikan Bahasa”. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Avriana, Iva. 2012. “Analisis Gaya Bahasa dalam Novel Teratak Karya Evi Idawati”. Naskah Publikasi. Tanjung Pinang: Jurnal Bahasa Indonesia.

Marwandi, Said. 2013. “Analisis Gaya Bahasa dalam Novel Laila Majnun Karya Nizami”. Artikel E-Juornal. Tanjungpinang: Jurnal Bahasa Indonesia.

Ghazali, Syukur. 2010. “Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif”. Bandung: Refika Aditama.

 

Tinggalkan komentar