IDOLAKU, KAMU! (Aulia Yumna R)

Perkenalkan, namaku Aulia Yumna R. Disini Aku memperkenalkan diriku dengan panggilan Yumna, meski nama kecilku adalah Ayum. Ya! Ayum yaitu kependekan dari Aulia Yumna Ummahatul Mahirroh. Namun nama itu tidak disetujui oleh Bapak. Hingga tersisihlah sisanya. Aku lahir dari keluarga yang aktif falam pergerakan Muhammadiyah di desaku. Namun, masa kecil bermainku benar-benar membuatku tidak mengenal Muhammadiyah. Baguslah, kataku. Tapi jujur, Aku yang terlalu kekanak-kanakan baru sadar hal itu ketika Aku baru menginjakkan kaki di Universitas tercinta kita, UMJ.

Dan saat itulah Aku mulai menyamakan persepsi bahwa apa yang kuteguk tak berbeda dengan apa yang baru kukenal. Nyatanya, inilah alasan Bapak menyekolahkanku 3 tahun di Pondok pesantren Al-Fatah Muhajirun, Lampung dan Aku meneruskan di Pondok Pesantren Al-Fatah Moas, kini semasa kuliah Aku lebih dekat mengunjungi Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor. Dimana ajaran di dalamnya tidak berbeda dengan apa yang baru kudapatkan di Muhammadiyah.

Sehingga rasa nyaman itu hadir begitu cepatnya, disaat kesadaaran sebagai seorang ummat tumbuh dalam diri yang kini memutuskan mengemban amanah ummat. Meski belum pantas disebut sebagai “kader” dengan amanahnya yang begitu berat.

 Bicara mengenai idola, seseorang yang menginspirasi, memotivasi, yang dapat kau jadikan panutan dalam hidup dan memberi warna dalam setiap episode kehidupanmu, ialah seorang yang kau idola-idolakan itu. Idola tak harus orang besar yang dipandang tinggi oleh orang-orang lainnya, bisa jadi ia adalah seorang yang tak pernah tampil di depan banyak nyawa namun begitu menginspirasi.

Setiap orang memiliki idola yang berbeda, bisa jadi Aku mengidolakan siapa yang kau idolakan, ataupun sebaliknya dan bahkan kita sama-sama mengidolakan orang yang sama. Iya kan? Tapi setiap orang mungkin tak hanya memiliki satu orang saja yang diidolakannya, seperti aku yang tak terlalu fanatik mengidolakan satu orang saja. Sehingga disini Aku akan menuliskan banyak nama orang-orang yang menginspirasi dalam kehidupanku, setiap episode mungkin banyak nama yang akan ditulis dalam serpihan kata bernyawa yang akan kau baca dikemudian hari. Entah kapan, yang pasti tulisan ini yang akan mengikat kisah abadi tentang kita.

Sebelum sepatah kata pada lembaran ini, dibuku sebelumnya aku pernah menulis sebuah cerita tentang kisah percintaan kader IMM. Sudah pasti tokoh utama dalam tulisan itu adalah seseorang yang sangat kuidolakan, hanya saja semua tersirat tak terlihat sepintas mata membacanya. Bagi seorang perangkai kata sepertiku dan beberapa teman yang lain, sudah pasti mereka memiliki panutan dalam tulisannya. Orang bilang “tulisan siapa yang sering kau baca, maka seperti itulah tulisanmu nantinya”, benar saja. Bagi seorang penulis pemula, maka hal ini sudah pasti terjadi.

Seperti Aku yang lebih suka bermain dengan diksi lewat prosa, maka aku akan mencari bahan bacaan seperti apa yang kubutuhkan. Saat itu Aku mengenal seorang mahasiswa UI yang bernama “Ijonk Muhammad” julukannya. Dirasa sesuai dengan selera bacaan dan sebagai referensi tulisan. Maka dari sana kusantap habis tulisannya yang berseliweran dimana-mana pada masa itu. Sudah pasti awal mulanya berasal dari kakanda IMMawan kita di IMM juga, selanjutnya Aku lebih banyak menyantap tulisannya melalui situs resminya.

Selanjutnya berbekal bahan bacaan yang sudah kudapatkan, setiap untaian kata yang keluar dari pikiranku adalah buah dari apa yang kubaca. Kau setuju bukan? Pasti kau mengiyakan. Hingga lahirah banyak tulisan dalam media sosialku, kau bisa menikmatinya di Instagram @auliaallah (jangan lupa di follow) tapi jangan kaget kalau jelek dan masih amatir dalam penulisannya.

Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku pernah menuliskan kisah cinta Kader IMM yang berujung kebahagiaan berkat penantian panjang yang sebenarnya alurnya tidak sengaja menjadi Twist ending. Dalam penulisan itu jelas Aku memiliki rujukan cerita juga, saat itu aku berhasil mengarang cerita setelah membaca karya Kakanda IMMawati kita yang berasal dari pulau sebrang tepatnya Medan, Sumatera Utara. Ialah kak Mannawasalwa bisa kalian lihat di Instagramnya, akunnya @mannawassalwa9.

Novelnya yang bertema IMM itu berjudul “Mikail Arkhan” sesosok panutan yang dalam tulisannya terdapat penggalan kata “Cinta bukan untuk dipamerkan, melainkan ditetapkan” dan ya, sama seperti ka Manna, Akupun ingin dicintai seperti itu. Sosok ketua Umum DPP yaitu Beni Pramula yang ada dibalik tokoh Mikail Arkhan, nyaris membuat pembaca novel itu jatuh cinta dengan visualitasnya melalui tulisan. Ka Manna sempurna menggambarkan sosoknya, sehingga memacu semangatku untuk sempurna dalam menggambarkan tokoh idolaku, yaitu kamu. Siapa kamunya? Iya kamu, yang merasa bahwa itu kamu.

Pada akhirnya, lahirlah tulisan pada bab paling akhir di buku “Goresan Sang Pejuang Ikatan” yang diterbitkan oleh BPH 2016-2017 yang berjudul “Fastabiqul Khairaat”. Selain sebagai seorang penulis, ka Manna pun aktif dalam keorganisasian IMM. Meski ia berada di Universitas Negeri, namun ghirohnya tetap menyala berapi-api, ia pun aktif di IPM dan Nasyiyatul Aisyiyah, baginya jas merah yang ia kenakan pun kita kenakan “memiliki kekuatan magic, kekuatan yang dibangun dengan rahmat illahi. Sebab setiap kali mengenakannya, ghirohnya semakin menggelora untuk berjuang dan selalu tersirat dalam hati; sudahkah layak menjadi kader yang dituntut mengemban amanah ummat dan ikatan?” yang bagian akhirnya nyaris persis seperti lirik lagu yang berjudul “Janji Kader” milik IPM.

Begitulah Aku mengidolakannya dalam alunan katanya yang tergores pada novel itu, penasaran? Langsung cari novelnya, hubungi kak Manna nya. Dan yang terakhir dari ka Manna, ia tak hanya menulis satu novel, tetapi masih banyak lagi novel lainnya yang bisa kita baca darinya. Ka Manna keren ya? Semoga kita bisa seperti ka Manna, kader progresif yang menuaikan untaian katanya melalui tulisan.

Ada seorang IMMawati yang pernah mengutip perkataan temannya meski seharusnya ada yang lebih dapat dijadikan rujukan dalam tulisan ini, tetapi begitulah manusia yang tak luput dari lupa. Katanya “belajarlah dari ilmu yang paling urgent dan lanjutkan ke ilmu yang lainnya saat hendak menghadiri kajian atau perkumpulan keilmuan. Jangan pernah takut untuk mendatangi ustad-ustad yang berbeda sebelum kamu tau latar belakangnya. Karena tidak semua yang dimata kita buruk, dimata Allah buruk”, begitulah kurang lebihnya. Dalam belajar ilmu agama kita membutuhkan seseorang yang lebih paham, meski individu kita mampu memahaminya.

Namun setiap kepala yang berbeda tak bisa diabaikan, kita harus punya rujukan selain Al-Quran dan Sunnah-Nya. Begitupun Aku, dalam hal ini Aku lebih suka dan lebih mampu menerima penjelasan seorang ustad asal Bandung. Abu Takeru julukannya, yang memiliki nama asli Rizal Fadli Nurhadi. Pernah dalam sebuah ceramahnya membahas mengenai siapah yang lebih baik untuk diutus oleh Rosulullah, utusan itu ialah “yang lebih banyak ilmunya, yang lebih tampan rupanya dan lebih kaya hartanya” karena hal tersebutlah yang akan lebih mudah diterima oleh orang banyak. Bisa kita lihat semasa SMP atau SMA, rata-rata siswa memilih yang lebih tampan jika ia laki-laki dan lebih cantik jika ia perempuan. Hal ini benar-benar terjadi dan mungkin semasa kalian SMP atau SMA dahulu pun merasakannya.

Ketika telah terpilih, saat ketua itu memposting tentang ilmu-ilmu keagamaan, sedikit dari mereka yang menanggapi. Berbeda ketika ia sedang memposting foto, dengan cepatnya jari itu menanggapi postingan foto tersebut. Itulah fenomena yang terjadi, benar saja kan. Mudahnya dakwah Abu takeru, selain mudahnya ia dalam menebarkan ilmu yang dimilikinya ia pun tampan (itu bonus). Namun tak sama dengan keadaan saat kita telah menginjakkan kaki di Universitas bergelarkan Mahasiswa. Kembali ke Abu Takeru, dari beliau Aku mendapatkan keberanian berdakwah dengan pola bercerita tentang sahabat-sahabat rosul yang waktu itu kebetulan mendapat tugas kuliah dan melalui IMM Aku dan beberapa teman lainnya melakukan “Dakwah On The Road” ke komisariat-komisariat IMM. Menebar pengetahuan dengan bercerita memang terihat lebih mudah diterima oleh banyak telinga.

Jarak memang menjadi penghambat, namun melalui video dan siaran langung dan grup yang ada maka tidaklah menjadi sebuah halangan lagi untuk terus belajar banyak perihal ilmu yang belum diketahui.

Terakhir, dari Ikatan ini aku mnedapatkan banyak sekali kesempatan dan pengalaman. Bahkan sampai detik ini masih terngiang perkataan salah seorang kakanda beberapa saat lalu “selama masih aktif di Ortom, banyakin main. Perbanyak teman lewat Ortom meski sudah ampasann”. Ya! Mungkin bukan hanya Aku yang memiliki panutan dalam Ikatan, seseorang yang menginspirasi dan membangkitkan ghiroh pada diri kita.

Tak perlu seseorang yang menjadi inspirasi dan diidolakan itu tahu tentang kita yang mengidolakannya. Itu aku, yang hingga kini mengidolakan seseorang yang meski sudah dibuang jauh-jauh dan mencoba melupakan namun tetap saja tak bisa lekang dari ingatan. Darinya, Aku bangkit. Aku ada, meski menurutnya itu sebab diriku sendirilah aku bisa tetap seperti ini hingga kini. Mungkin ini terlihat tidak baik, tetapi setiap kita berbeda. Memiliki seseorang yang dijadikan semangat untuk memotivasi pencapaian yang sebelumnya belum pernah kita dapatkan itu adalah ciri khasku.

Seseorang itu, yang hingga kini masih membuat jantung berdegub lebih jika melihatnya meski semakin hari semua terlihat nyata. Meski disana banyak yang bercerita dan mendekatinya terang-terangan. Tetapi entah mengapa Aku tak pernah bisa dekat dan biasa saja dengannya. Itulah yang istimewa dari seseorang yang begitu menginspirasi dan memotivasi hidupku. Siapa sih orangnya? Bahkan Aku tak bisa mneyebutkan siapa saja kakanda di atas yang sudah kuceritakan. Begitulah uniknya.

Tak banyak yang bisa kuceritakan dalam Ikatan ini, karena Aku hanyalah seseorang yang belumpantas disebbut “kader” dengan begitu beratnya amanah yang hendak dipikul. Aku adalah seseorang yang sedang mengembangkan potensi yang kumiliki, tak lebih. Bereksperimen dengan laptop adalah rutinitas yang paling sering kulakukan, selain itu bereksperimen dengan bahan, gunting, jarum, benang dan sejenisnya pun adalah minat yang lahir sejak kecil selain hobby jualan yang mood-moodan.

Begitulah yang ditanamkan oleh keluargaku sejak kecil dengan latar belakang Ibu seorang guru kewirausahaan, yang sering mengajak muridnya bereksperimen menghasilkan produk untuk dijual kembali dan Bapak yang merupakan guru dan dosen Bahasa Indonesia yang dibalut dengan kata dan frasa pun sampingannya digeluti dengan pola dan gambar bangunan. Lahirlah aku dengan segudang Sastra dan Seni. Dulu Aku tak menyukai Sastra, hanya senang membuat puisi. Dulu Aku lebih tertarik dengan Seni. Namun kini, aku sadar bahwa “Sastra, Seni dan Aku = Bebas” yang artinya “Kami adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan”.

Dan untuk saat ini, yang kuidolakan adalah siapapun yang mampu membangkitkan semangatku lagi, tanpa harus selalu mengidolakan orang yang sama. Ya! Kamu yang kuidolakan adalah kamu yang mampu membangkitkan semangatku, kamu yang mampu menjadi dirimu sendiri tanpa harus menjadi orang lain. Karena Aku tidak butuh itu”

“Sastra, Seni & Aku = Bebas”

“Aku suka melakukan apa yang Aku suka dan Aku tidak suka melakukan apa yang tidak Aku suka”

“Jika Kau tidak ingin ada Aku, tidak apa-apa. Aku tidak akan ada untukmu, tetapi jika kau ingin Aku ada untukmu. Semoga Aku sedang ingin ada untukmu, meski kau disana dan Aku disini. Tanpa sua tanpa kata, kita tetap bisa saling sapa lewat-Nya”

Tinggalkan komentar