Cerpen “MATI” (Minta Aplikasi Dapet Hati)

Minta Aplikasi dapet Hati

Biarlah hidup mengejutkanmu

Ada masanya,

waktu menyampaikan kejutan-kejutannya secara natural.

Tanpa paksaan, tanpa intervensi.

Kadang manusia hanya perlu mengalir, mengikuti riak air.

Namun, akan lebih baik jika manusia mampu mendayung sasaknya sendiri

ketika riak mengarah pada kekeruhan.

Maka disanalah kamu akan menemukan titik kenikmatan yang sesungguhnya.

Bersyukurlah!

 

“Abi..?!.”

“nanti kalau Hathi sudah tinggal di Surabaya Abi pulang sendiri” Tiba-tiba Hathi merasa sedikit sedih, jika Abinya kembali ke rumah sendirian. Perasaannya menjadi tak tenang, seperti merasa akan terjadi sesuatu.

Dengan khimar panjang menjuntainya, Hathi siap menuju Universitas swasta itu. Disana Ia mengambil jurusan Teknik Informatika, jurusan yang selama ini diperjuangkan dan amat sangat didambakannya. Perjalanan pun dimulai, dengan banyak bertanya kesana kemari, hingga sampai di tempat yang salah, tak pantang menyerah, semangat Hathi berkobar.

Abi yang menemaninya pun ikut terbakar semangatnya, melihat semangat Hathi. Setelah sekian jauh perjalanan mencari tahu lokasi yang dituju, akhirnya Hathi dan Abinya menemukan Universitas tersebut.

Kemudian Abi Hathi langsung mengelilingi ruangan yang terjangkau dari dekat halaman tersebut, dilihatnya sebuah ruangan yang pintunya terbuka lebar. Layaknya seorang muslim, Abi Hathi langsung saja melontarkan salam ketika menengokkan kepalanya ke dalam ruangan itu. Disana terdapat seorang laki-laki paruh baya yang sedang membersihkan laintai di dalam ruangan itu.

“Assalamualaykum…” Abi Hathi melontarkan salam, namun tak ada jawaban.

“Assalamualaykum…” lagi-lagi tak mendapatkan jawaban.

“Assalamualaykum…” hingga salam yang ketiga, tak ada jawaban sama sekali.

Kemudian Hathi dan Abinya mengamati ruangan tersebut. Dilihatnya sesuatu yang amat sangat mengejutkan, Hathi dan Abinya sama-sama melihat patung yesus beserta patung-patung yang lainnya. Sontak mereka kaget dan langsung kelaur dari ruangan tersebut. Akhirnya mereka mencoba menenangkan diri dengan keluar dari halaman Universitas itu menuju warung-warung yang lumayan jauh dari Universita. Disana mereka bertemu dengan masyarakat setempat, kemudian Abinya Hathi langsung bertanya dengan sopan mengenai Universitas itu.

“Mang boleh tanya…” Abi Hathi memulai percakapan.

“Iyaa, boleh silakan saja. Kalau saya bisa bantu akan saya bantu” jawab ramah laki-laki yang ditanya oleh Abinya Hathi tersbut.

“Tadi saya salam waktu liat pintu terbuka di Universitas depan itu, tapi kok ngga ada yang jawaba ya? Padahal ada bapak-bapak tua yang saya lihat sedang membersihkan ruangan itu dengan mengepelnya” jelaskan Abi Hathi dengan ramah dan lemah lembut agar tak menyinggung sediktipun.

“Ouh itu pak, Universitas yang di depan itu kan yayasan Kristen” jawab laki-laki itu tanpa bertele-tele.

“Ouh begitu, baik Mang terima kasih ya!” Abi Hathi segera memberikan ucapan terima kasih kepada laki-laki yang ditanyanya.

Setelah menemukan jawaban dari segala kejanggalan yang ada, Hathi dan Abinya berdiskusi ringan.

“Hathi, apa siap jika kau berada disini?” tanya Abinya, ingin mendapatkan keyakinan.

“Hathi bimbang bi, belum tau harus bagaimana. Memang sebelumnya Hathi tidak tahu bahwa Universitas yang menerima Hathi merupakan yayasan Kristen.

“Yasudah, sebaiknya kita mencari tempat terlebih dahulu. Tidak enak disini, mahasiswa baru sudah mulai berdatangan untuk mengikuti masa orientasi di Universitas itu” Abinya langsung memberikan solusi agar tidak berlama-lama berada di tempat itu.

Akhirnya setelah sekian lama berdiskusi dan merundingkan banyak hal, mereka mengambil keputusan untuk kembali ke rumah. Segera Abinya memesankan tiket kereta untuk pulang melalui tempat pembelian alternatif terdekat. Setelah tiket dibeli, Hathi dan Abinya segera bergegas menuju ke stasiun.

Abi dan Hathi belum ada yang hafal dengan jalurnya, mereka meminta supir angkotnya untuk memberhentikan mereka di stasiun. Perjalanan lumayan panjang dan lama, disebabkan jauh dan macatnya jalur yang dilintasi. Di dalam angkot, Abi Hathi banyak mengajak supir angkotnya bertukar cerita. Hingga, supir tersebut lupa dengan penumpang yang meminta diturunkan di stasiun adn akhirnya terlewat.

“Mba dan bapak mau kemana ya?” tiba-tiba pertanyaan terlontar darisupir angkot.

“Mau ke stasiun…” jawab Hathi dengan polosnya

“Wah mba, kelewat kalo mau ke satsiun. Harusnya turunnya tadi di bawah kolong jembatan itu” sahut supir angkot tanpa rasa bersalah.

“Loh kok bisa sih? Tadi kan sudah titip pesan, kalau mau diturunkan di stasiun” Abi Hathi mulai angkat bicara.

“Iyaa pak Maaf, tadi saya kira sudah turun waktu berhenti di bawah jembatan” supir angkot mulai cemas dan ketakutan.

Hathi dan Abinya mulai bingung, merasa sedih dan tak tahu harus bagaimana lagi. Mereka cemas, takut ketinggalan kereta yang akan dinaikinya. Suasana di dalam angkot menjadi hening sejenak, kemudian supir angkot yang merasa bersalah mencoba memperbaiki kesalahannya dengan meminta izin untuk mengantarkan kembali Hathi dan Abinya.

“Bagaimana kalau saya antar lagi ke depan stasiun pak dan mba?” kata supir angkot yang bingung dengan keadaan tersebut.

“Yasudah, antarkan kami kesana yaa…” pinta Abi Hathi dengan lembut.

Akhirnya angkot yang digunakan Abi dan Hathi putar balik menuju stasiun, setibanya di depan pintu masuk stasiunsopir angkot pun mengucapkan permintaan maafnya keda Abi dan Hathi. Ketika Abi Hathi hendak membayar angkotnya, sopir angkot itu pun menolak dengan alasan ingin membayar kesalahan yang Ia lakukan tadi.

Setelah angkot berlalu, Abi dan Hathi segera masuk ke dalam stasiun. Namun ketika melihat jam yang tertera di depan stasiun, jam tersebut menunjukkan bahwa waktu keberangkatan ketera yang hendak dinaikinya telah berlalu. Ketakutan yang dirasakan Hathi sejak tadi ternyata benar, seketika matanya basah. Air dari matanya keluar begitu saja, sampai Abinya menyadari bahwa Ia menangis, air matanya tumpah berlinangan. Ia tahu, harga tiket yang dibeli tak murah. Membutuhkan banyak dana lagi jika memesan tiket yang baru.

“Sudah tidak apa-apa Hathi, nanti kita pesan lagi tiket keretanya. InsyaAllah masih cukup kok untuk pesan 2 tiket lagi” Abinya berusaha menenangkan Hathi.

Hathi hanya mengangguk sembari menyeka air matanya. Ketika Abinya hendak memesan tiket kereta lagi, ada seorang laki-laki yang menegurnya dari samping.

“Assalamualaykum, ustad…” kata seorang laki-laki.

“Wa’alaykumusslam…” Abi Hathi menjawab salam sembari menengok ke sumber suara, dan dilihatnya Matha.

Matha, Matha Hari lengkapnya. Pemuda yang merupakan muridnya dulu ketika sekolah. Sekarang Ia telah selesai kuliah, Abi Hathi tak tahu dari mana asalnya sehingga dapat bertemu disini.

“Ustad masih ingat saya?” tanya Matha kepada Abi Hathi.

“Matha bukan ya? Matha Hari?” Abi Hathi mencoba mengingat Matha.

“Iya benar, ustad. Ini Matha, Ustad sedang membeli tiker kereta? Maaf kalau boleh tahu ustad dari mana dan bersama siapa disini?” tanya Matha penasaran, karena setau Matha rumah Ustadnya ini berada di sumatera.

Dan akhirnya terjadi percakapan panjang antara Abi Hathi dengan Matha, yang ternyata Matha berasal dari Surabya. Rumahnya berada tidak jauh dari stasiun dan kebetulan Matha juga hendak membeli tiket ke Sumatera bersama Ayahnya. Akhirnya mereka memutuskan untuk berangkat bersama nanti malam, sembari menunggu waktu pemberangkatan kereta malam tiba, Abi dan Hathi beristirahat di rumah Matha. Hingga waktu pemberangkatan tiba, namun ketika sedang beristirahat di rumah Matha terdapat berita dari TV. Berita tersebut mengabarkan bahwa kereta yang diberangkatkan tadi siang dari Surabaya menuju Merak mengalami kecelakaan dalam perjalanan. Semua penumpang yang ada di dalam kereta meninggal dunia, tak ada yang selamat satu pun. Diduga kecelakaan itu berasal dari dalam kereta.

“Abi, untung kita tidak jadi naik kereta itu bi” kata Hathi yang lagi-lagi berlinangan air mata menyaksikan berita itu.

“Subhanallah wabihamdi… nikmat Allah begitu luar biasa, itu tandanya Allah masih sayang sama kita” ucap syukur yang amat mendalam, karena Allah masih memberikan nikmat hidup kepada mereka.

“Alhamdulillah ya ustad, Allah masih berikan kesempatan hidup untuk kita” ucap syukur pun terlontar dari Matha dan Ayahnya.

Kecelakaan yang terjadi membuat kereta yang diberangkatkan malam hari ditunda besok pagi, sehingga Hathi dan Ayahnya berada di rumah Matha untuk semalam. Matahari sudah terbit dan mereka bersiap untuk berangkat.

“Tidak boleh telat lagi, ayo kita berangkat Abi” Hathi sangat bersemangat, Ia tidak mau ketinggalan kereta lagi.

Hathi yang baru mengenal Matha, sangat penasaran dengan semua pengalaman yang dimiliki Matha. Lantaran jurusan yang ingin Hathi ambil sama dengan yang diambil Matha, dari sana mulai banyak percakapan diantara mereka. Selama perjalan di kereta, pertanyaan selalu terlontar dari Hathi. Abi Hathi dan Ayah Matha pun sibuk sendiri dengan perbincangan yang ada diantara mereka, sampai mereka menyadari bahwa Matha dan Hathi terlihat serasi bila bersama. Saling melengkapi satu sama lainnya.

“Aku boleh minta aplikasinya kak? biar bisa belajar lebih banyak lagi” pinta Hathi kepada Matha.

“Ini boleh, mau yang mana saja?” sahut Matha yang mulai terpesona dengan Hathi yang baru dikenalnya, lantaran dulu Abinya Hathi tidak pernah membawa Hathi ke sekolahannya.

“Semuanya boleh? Hehe”

“Kalau cukup ya boleh semuanya, memang ruang penyimpanannya cukup di laptopmu?”

“Aku bawa ini” sambil menunjukkan hardisknya dan memohon untuk diisikan aplikasi yang dimiliki Matha.

Matha segera mengambil dan mengisi hardisknya dengan aplikasi yang ada.

“Terima kasih kakak” senyum bahagianya merekah, merona merah pipinya.

“Ini aku beri semuanya, bonus untukmu banyak yang sedari tadi tak henti hentinya melontarkan pertanyaan diatas rata-rata untuk pemula sepertimu. Ternyata kau mahir juga ya, tak salah jika aku memberimu lebih banyak aplikasi di hardiskmu” Matha merasa kagum dengan kecerdasan yang dimiliki Hathi, tanpa disadari Matha menaruh hati padanya. Hathi yang merasa disanjung pun hatinya makin menjadi, perasaannya membuncah. Ia tahu hatinya sudah terpaut pada Matha dalam waktu yang singkat.

“Huwaw.. terima kasih kakak. Ini banyak sekali, bukan hanya lebih dari cukup. Ini luar biasa” kegembiraan menyelimuti sekitarnya, wajahnya tersenyum berseri.

“Diberitahukan kepada seluruh penumpang, bahwa sebentar lagi kereta akan sampai di stasiun terakhir…” pemberitahuan tersbut menunjukkan bahwa sebentar lagi kereta akan berhenti di satsiun terakhir, itu tandanya bahwa mereka akan sampai ke tempat yang ditujunya, Merak.

                                         OoO         

“Bagaimana jika kita sholat terlebih dahulu, supaya dimudahkan sisa perjalanannya” ajak Abi Hathi kepada yang lainnya.

Hathi, Matha serta Ayahnya mengiyakan ajakan Ayahnya Hathi. Akhirnya mereka melaksanakan sholat terlebih dahulu, karena waktu sholat telah tiba. Setelah selesai sholat Hathi ingin sejenak mendengarkan murottal yang ada di hpnya, sehingga ia menggunakan hedset sambil berjalan menyeberangi rel kereta di stasiun.

“Hathiiii… Awaasss!!!” teriak Matha kepada Hathi yang sedang menyebrangi rel kereta. Semua orang menoleh ke arah Matha dan menyadari apa yang terjadi, kereta yang melintas rel yang sedang dilewati Hathi ternyata tak berhenti.

Semua orang yang melihatnya merasa panik termasuk Abi Hathi dan Ayahnya Matha, namun Hathi yang mendengarkan murottal lewat hedset tak mendengar teriakan Matha.

“Hathiiii…!!!” jerit Matha lagi dan segera berlari sangat kencang ke arah Hathi.

Matha mencoba menyingkirkan Hathi yang jaraknya sudah tidak jauh dari kereta yang melintas kencang. Namun tragis, ketika Matha hendak menyelamatkan Hathi. Matha tidak berhasil, semua orang yang menyaksikannya tidak tega dengan tragedi yang terjadi. Ayah Matha dan Abinya Hathi menangis sejadi-jadinya, Matha dan Hathi tak selamat.

Kadang, izinkanlah waktu menyeretmu

Jauh kesebuah ruang tanpa nama

Tanpa udara dan rasa

Namun, kamu akan abadi disana

Bersama seseorang yang membersamaimu

Jangan bersedih, Hathi

Setiap luka yang kau rasa

Akan kubalut dengan Nurani

Karena Matamu,

Menjadi bagian dari hari-hariku.

 

Matha & Hathi

Matahari membersamai Hati Nurani

Tak ada yang sempurna, yang sempurna adalah jika Allah katakan

“Tugasmu selesai di Dunia ini !”

Tinggalkan komentar